Selasa, 20 Oktober 2015

Filosofi Kaca (Baca: cermin)

"Ngaca dulu sebelum ngomong!!"
Kita sepertinya sudah tidak asing lagi dengan ungkapan semacam itu. Ungkapan yang artinya kurang lebih memperingatkan kita untuk terlebih dahulu melihat (menilai) diri sendiri sebelum melihat (menilai) orang lain.
Salah?
Tentu tidak.
Tapi tidak sepenuhnya benar!!!
Loh? Kok??
Kamu harus berkaca atau ngaca atau melihat cermin terlebih dahulu sebelum menilai apa yang ada pada orang lain (?)
Bagitukah kita setiap hari? Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, ke kampus, ke kantor?
"Aku niat berkaca karena agar bisa menilai orang lain nanti."
Rasanya... tidak. Diakui atau tidak, sebagian besar (mungkin malah semuanya) dari kita, berkaca adalah dengan maksud memastikan apakah baju yang kita kenakan cocok? Apakah celana yang dipakai pas? Apakah kerudung sudah rapi? Apakah rambut kita acak-acakan? Apakah bedak di wajah kita kurang tebal?? *halah
Kita berkaca untuk memastikan bahwa apapun yang melekat pada diri kita sudah baik. Baik menurut kita, memang, tapi berkaca akan memberi gambaran tentang kita dari sudut pandang lain, keseluruhan, hingga bagian yang tidak bisa kita lihat langsung.
Nah, bukankah kita memastikan apapun yang ada pada diri kita sebelum orang lain yang menemukannya?
Bayangkan jika suatu pagi kita tidak berkaca.
Seorang teman mungkin menertawakan rambut kita yang sisirannya tidak rapi. Kerudung kita yang miring tak sama panjang. Pakaian kita yang ternyata paduan warnanya seperti kena begal *dipaksa.
Atau bahkan sisa busa shampo yang tertinggal di belakang telinga.
Atau bahkan bekas iler d pipi.... *yuck!
Pasti kita bisa malu dan salah tingkah, bukan?
Iya kalau akibatnya hanya ke diri kita. Kalau orang lain ikut kena?
"Ya ampun, itu manajer perusahaan apa kok penampilannya lecek!"
"Ya Salam, gadis sholehah kampus mana itu yang kerudungnya timpang?"
Dan teman di sebelah kita...
"Gue nggak kenal lo!" -_-#@$!&*!!!
Ngaca alias berkaca itu bertujuan asli untuk memastikan apa-apa yang ada pada diri kita sudah baik. Perkara nanti ada yang protes dengan penampilan kita, itu akan jadi bahan pemikiran saat berkaca selanjutnya. Iya kan??
Jadi, ngaca bukan selalu tentang menilai diri sebelum MENILAI orang lain!!
Tetapi juga tentang menilai diri sebelum DINILAI orang lain.
Beda? Jelas.
Orang yang dikritik lalu berkoar: "nggak ngaca?? ngaca dulu dong sebelum ngomong",
Bisa jadi dia sendiri yang tidak ngaca hingga orang lain yang menemukan kejelekannya!! Dia yang salah, tapi justeru marah-marah pada orang yang menunjukkan kejelekan yang seharusnya diperbaikinya... -_-
Maka, tidak ada salahnya ngaca dan memperbaiki yang ada sebelum orang lain menilai kita. Ngaca, adalah sebentuk perenungan, saat kejelekan apapun yang dipantulkan kaca, tidak bisa kita salahkan dan marah pada si kaca...
Maka,
Marilah, mulai saat ini, saat berkaca, katakan pada diri kita...
"Hai, diri... apa lagi yang harus kuperbaiki??"
Dan itu semua tak cukup hanya dengan usaha ngaca setiap harinya. Tapi juga dengan doa memperbaiki diri saat berkaca...
"Ya Allaah, sebagaimana telah Engkau ciptakan aku dengan sebaik-baiknya, maka (bantulah aku) perbaiki juga akhlaq-ku,"








Tidak ada komentar:

Posting Komentar